KETERBATASAN
Salah
satu hukum sejarah adalah bahwa kemewahan cenderung menjadi keharusan dan
melahirkan beban-beban baru. Begitu orang terbiasa dengan satu kemewahan
tertentu, mereka menerimanya sebagai kebiasaan. Kemudian, mereka mulai
menjadikannya kebutuhan. Akhirnya mereka mencapai satu titik ketika mereka
tidak bisa hidup tanpanya. Mari ambil contoh lain yang populer pada masa kita.
Selama beberapa dekade terakhir, kita telah menemukan tak terhitung alat
penghemat waktu yang diharapkan menjadikan hidup lebih santai, mesin cuci,
vacum cleaner, pencuci piring, telepon, ponsel, komputer, surel. Sebelumnya,
butuh banyak pekerjaan untuk menulis sepucuk surat, menulis alamat, membeli
perangko dan amplop, dan membawanya ke kotak surat. Perlu beberapa hari atau
beberapa pekan, bahkan mungkin beberapa bulan untuk mendapatkan jawaban. Kini,
saya bisa menulis surel, mengirimnya sejauh setengah putaran bumi, dan (jika
yang dituju sedang online) menerima jawaban semenit kemudian, bahkan bisa
kurang. Saya menghemat waktu dan tenaga, tetapi apakah saya menikmati kehidupan
yang lebih santai?.
Sayangnya
tidak. Pada era surat-bekicot dulu, orang-orang biasanya menulis surat ketika
mereka punya sesuatu yang penting untuk disampaikan, bukan menulis apa yang
pertama muncul di kepala, mereka mempertimbangkan hati-hati apa yang ingin
mereka katakan dan bagaimana cara menyampaikannya. Mereka berharap menerima
jawaban yang dipertimbangkan masak-masak juga. Sebagian orang menulis dan
menerima hanya segelintir surat dalam sebulan dan jarang merasa terpaksa untuk
membalas segera. Kini, saya menerima puluhan surel setiap hari, semua dari
orang-orang yang mengharapkan balasan secepatnya. Kita mengira menghemat waktu;
yang terjadi kita malah memepercepat treadmill kehidupan sepuluh lebih cepat
sehingga membuat hari-hari kita lebih mencemaskan dan menggelisahkan.
Keterbatasan
ini perlu kita sadari. Bahkan kejujuran akan keterbasan apa yang kita miliki
dalam tubuh ini, juga penting kita sadari bersama. Keterbatasan bukan berarti
melulu menumbuhkan atau mensuburkan sikap pesimis. Karena, dengan keterbatasan
kemajuan demi kemajuan zaman kita jumpai bersama. Dalam mensikapi sebuah
perjalanan dalam jarak beberapa ratus KM, yang kita tempuh dengan jalan kaki,
tentu akan memangkas banyak waktu dan kurang optimal dalam memanfaatkan waktu.
Itu memang kekurangan kita dan keterbatasan kita. Tapi, dengan kesadaran akan
keterbatasan, muncul sebuah penemuan-penemuan baru dalam dunia kendaraan.
Penemuan ini dalam rangka menjadi solusi bagi kita agar bisa menjangkau jarak
yang cukup jauh, dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.
Contahnya,
dalam bidang otomotif, dulu sebelum ditemukannya alat transportasi, suatu
perjalanan dengan jarak 10 Km saja kita butuh waktu yang cukup lama. Penghemat
waktu belum diciptakan. Kini, setelah melawati fase penemuan-penemuan,
inovasi-inovasi dalam bidang otomotif, banyak sekali pilihan-pilihan produk
alat transportasi. Dan ini sangat mempersingkat waktu. Namun, perlu disadari
bahwasanya dengan penemuan-penemuan dalam bidang ini, tentu telah menunjukkan
semakin banyak keterbatasan yang kita miliki. Artinya, kita ini dalam melakukan
suatu perjalanan masih sangat perlu alat selain tubuh kita. Seperti uraian
diatas, tanpa suatu alat tertentu, kita kesulitan untuk melakukan penghematan
waktu.
Kemajuan
ini juga berlaku dalam sektor-sektor yang lain. Kemajuan dalam teknologi,
otomotif, sains, kesehatan, sekonomi, sosial, dll. Tapi perlu kiranya kita
sadari bersama, bahwasanya semakin muncul kemajuan-kemajuan dalam bidang apapun
itu semakin menunjukkan betapa lemah, banyak kekurangan, dan banyak
keterbatasan yang kita miliki. Semakin kita menjangkau kemajuan demi kemajuan,
penemuan demi penemuan, kita sebenarnya ditunjukkan betapa banyak keterbatasan
yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
what your opinion?