Era Gemilang Sains yang Terlupakan Part 3 “House of Wisdom atau Bayt al-Himah”

 

Part 4

House of Wisdom atau Bayt al-Hikmah

 

            Pada intinya pengedepanan sains dan teknologi sangat termanifestasi di zaman Abbasid atau Abbasiyah. Salah satunya adalah House of Wisdom atau Bayt al-Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan, ini sebetulnya tempat yang dilahirkan oleh raja Al Mansyur di zaman Abbasid dan ini merupakan tempat yang ujung-ujungnya menjadi perpustakaan yang sangat besar dan spektakuler dan menjadi institusi pendidikan yang bisa mengumpulkan karya-karya yang luar biasa. Tetapi pada masa selanjutnya, The House of Wisdom ini disempurnakan oleh raja berikutnya keturunan raja Al Mansyur, yang bernama Harun al-Rasyid yang berkuasa di tahun 786 M – 809 M. Tentunya ini dibesarkan lagi dan diindahkan lagi oleh raja al-Ma’mun yang juga merupakan keturunan dari Harun al-Rasyid. Beliau ini yang mengumpulkan bukan hanya koleksi-koleksi pribadi dari zaman al-Mansur, Harun al-Rasyid, dan al-Ma’mun saja, tetapi mereka mengumpulkan karya-karya, tulisan-tulisan dari seluruh penjuru dunia. Ini mungkin yang membedakan keterbukaan yang berada di zaman Abbasid dibandingkan keterbukaan yang ada di zaman-zaman Islam lainnya.


            Di House of Wisdom atau Bayt al-Hikmah, ada 4 ilmuwan yang mungkin bisa di-highlight atau digaris bawahi. Pertama adalah yang paling terkenal, ini adalah Ibnu Sina, yang hidup di tahun 980 M - 1037 M. Beliau ini orang keturunan Persia, tetapi dari kecil beliau dikenal sebagai prodigy, dan lahir di Bukhara, di negara sekarang namanya Uzbekistan. Beliau adalah ahli dalam bidang filsafat, kedokteran dan astronomi, yang menulis “The Canon of Madicine” yang menjadi acuan ilmu kedokteran di dunia Islam dan Eropa. Bahkan acuan atau referensi di ilmu kedokteran di zaman kontemporer itu masih banyak mengacu ke temuan-temuan atau karya-karya dari Ibnu Sina.


            Berikutnya adalah Al-Biruni yang hidup dari tahun 973 M – 1048 M. Beliau juga orang Persia, tidak seterkenal Ibnu Sina, tapi belia ahli filsafat, teologi, matematika, fisika, dan seorang polimatika. Bahkan banyak sekali teori-teorinya beliau itu diberdayakan, direferensikan, digunakan sebagai acuan oleh ilmuwan-ilmuwan terkenal di Eropa dan dunia sekitarnya hingga ratusan tahun berikutnya. Beliau juga dijuluki sebagai geologis atau ahli geologi dan antropologi pertama. Beliau juga dujuluki sebagai Leonardo Da Vinci-nya dunia Islam. Beliau sangat merupakan follower atau pengikut dari orang ilmuwan lainnya yang bernama Al-Khwarizmi, yang juga hidup di zaman Abbasid, lahir di Uzbekistan. Beliau juga terkenal menggunakan trigonometri untuk mengukur panjang lingkaran planet dunia atau bumi. Jadi, bayangkan kalau Al-Biruni pada masa itu sudah bisa mengukur lingkaran atau panjang planet Bumi di ratusan tahun sebelum Christopher Colombus menemukan Amerika. Ini berarti bisa diargumentasikan bahwa ilmuwan di zaman Abbasid itu sebetulnya sudah mengambil kesimpulan bahwasannya planet bumi itu bulat, bukan rata.


            Berikutnya adalah Ibn al-Haytham. Beliau adalah orang keturunan Arab bukan Persia. Hidup di tahun 965 M – 1040 M. Beliau adalah bapak dari optik modern. Beliau juga merupakan seorang astronomer, ahli matematika, ahli fisika, dan beliau lahir di Bashrah yang sekarang berada di negara Irak. Beliau juga dikenal sebagai seorang polimatik, yang ahli di bidang filsafat, dan kedokteran.


            Berikutnya adalah ilmuwan yang juga tidak kalah terkenal yaitu Ibn Musa al-Khwarizmi. Hidup di tahun 780 M – 850 M, lahir di Uzbekistan, seorang Persia. Beliau juga seorang polimatik yang menjadi pemimpin House of Wisdom atau Bayt al-Hikmah. Beliau ini adalah orang yang menemukan aljabar, dengan tulisan kitab beliau adalah “ Al Jabr Wa al-Muqabala” atau “Compendium on Completion and Reduction”. Dan tentunya banyak yang belum sadar bahwasanya kata Al-Khwarizmi ini menjadi dasar atau asal-usul penggunaan konsep atau kata algoritma atau algorithm.


Banyak ilmuwan-ilmuwan lainnya yang sangat jaya di zaman Abbasid, termasuk Abu Bakr al-Razi, keturunan Persia, yang merupakan ahli kedokteran, filsafat, alkimia, logika, astronomi, dan menulis banyak sekali mengenai penyakit-penyakit, termasuk smallpox, chickenpox, dan pediatric. Berikutnya Abu Ma’shar, ahli astrologi yang menerjemahkan karya-karyanya Aristoteles. Ada juga Sahl ibn Harun, seorang ahli filsafat dan polimatika. Al-Hajjaj ibn Yusuf ibn Matar, ahli matematika yang menerjemahkan karya-karyanya Euclid. Hunayn ibn Ishaq seorang dari Syiria, seorang kristen yang ahli filsafat dan pernah diberikan amanah atau tanggungjawab untuk mengepalai House of Wisdom atau Bayt al-Hikmah. Abu Bishr Matta ibn Yunus, seorang Kristen juga, yang ahli kedokteran, yang sangat dimuliakan di zaman Abbasid. Dan Al Kindi seorang ahli filsafat, ahli matematika, dan musik. Jabir ibn Hayyan, yang merupakan ahli kimia dan al chemi. Omar Khayyam, ahli matematika, puisi, dan astronomi.


Kalau kita mengacu ke era yang lebih modern atau kontemporer di tahun 1543 M, ada seorang ilmuwan bernama Nicolaus Copernicus dari Polandia yang menemukan bahwasanya bukan planet bumi, tapi justru matahari yang merupakan pusat atau sentra dari sistem tata surya atau the solar system. Karyanya beliau mengacu ke banyak sekali karya-karya dari ilmuwan di zaman Abbasid termasuk Nasir al-din Al-Tusi dan Al-Battani. Mereka ini adalah ahli astronomi, matematika, dana fisika di masa kejayaan Abbasid.


Next Part 4 .......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

what your opinion?

SYAHDAN

    Pada tempat yang sunyi , senyap , disekitar macam-macam gunung diluar Mekah timbullah berkali-kali persoalan. Lagit Arabia tiada dili...